SARI SEJARAH FILSAFAT BARAT 1
Penulis : DR. Harun Hadiwijono
FILSAFAT
KUNA
1.
FILSAFAT
PRA-SOKRATES
Mempelajari
filsafat Yunani berarti menyaksikan kelahiran filsafat. Seperti yang telah dikemukakan
di dalam pendahuluan, filsafat dilahirkan karena kemenangan akal atas
dongeng-dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama, yang memberitahukan
tentang asal mula segala sesuatu, baik dunia maupun manusia. Akal manusia tidak
puas dengan keterangan dongeng-dongeng atau mite-mite itu, karena tidak dapat dibuktikan
oleh akal. Kebenarannya hanya dapat diterima oleh iman atau kepercayaan.
Awal
pergumulan akal dengan mite-mite itu terjadi pada kira-kira abad ke-6 SM.
Pergumulan itu umpamanya demikian : menurut mite pelangi atau bianglala adalah
seorang dewa atau dewi (menurut orang jawa : tangga tempat para bidadari turun
dari sorga). Akan tetapi Kenophanes mengemukakan pendapatnya, bahwa pelangi
adalah awan, sedang Anaxagoras berpendapat, bahwa pelangi adalah pemantulan
matahari pada awan. Jelaslah bahwa pendapat kedua orang ini bukan karena mite,
melainkan karena penggunaan akal, yang mendekati gejala pelangi dengan
pikirannya. Pendekatan yang rasional demikian itu menghasilkan suatu pendapat
yang dapat dikontrol, dapat diteliti akal dan dapat diperdebatkan kebenarannya.
Cara berpikir yang demikian inilah cara berfilsafat.
Demikianlah
yang diperhatikan oleh para ahli pikir yang pertama di Miletos itu adalah alam,
bukan manusia. Hanya saja harus diingat, bahwa yang dimaksud dengan alam (fusis)
adalah seluruh kenyataan hidup dan kenyataan badaniyah. Jadi, perhatian mereka
dicurahkan kepada apa yang dapat diamati.
Orang
pertama yang melakukan penyelidikan yang demikian adalah Thales (625-545 SM).
Ia termasuk orang yang disebut “tujuh orang bijak” pada waktu itu. Ketujuh
orang bijak itu adalah : Thales dari Milethos, Bias dari Priene, Pittakos dari
Mytilene, Soloon dari Athena, Kleoboulos dari Lindos, Khiloon dari Sparta, dan
Periandros dari Korintos).
Tidak
banyak yang kita ketahui tentang dia. Hanya dapat dikatakan bahwa dialah
agaknya orang yang meramalkan akan adanya gerhana matahari yang memang terjadi
pada tahun 585 SM. Agaknya ia juga aktif di dalam politik dan menjadi penasehat
raja.
Menurut
dia, asas pertama yang menjadi asal mula
segala sesuatu adalah air. Barangkali penemuannya didasarkan atas kenyataan,
bahwa air dapat diamati dalam bentuknya yang bermacam-macam. Di pantai Miletos
air tampak sebagai lautan yang luas, sehingga mudah orang berpikir bahwa bumi
tentu keluar dari air itu dan selanjutnya terapung-apung di atasnya. Olehnya,
pertama kali dicoba menghadapi masalah alam semesta semata-mata dengan akalnya.
Tokoh
kedua yang mencari asas pertama alam semesta adalah Anaximandros (610-540 SM).
Menurut dia, tidak mungkin bahwa asas pertama segala sesuatu itu adalah salah
satu dari anasir-anasir yang menyusun alam (air). Sebab seandainya benar bahwa
air adalah asas pertama segala sesuatu, air harus didapatkan juga di mana-mana,
harus meresapi segala sesuatu, juga api, juga hal yang kering, dan lain sebagainya.
padahal air adalah hal yang terbatas, begitu pula api. Menurut Anaximandros,
asas pertama itu adalah to apeiron (yang tak terbatas). Asas pertama ini disebut
demikian karena tidak memiliki sifat-sifat benda yang dikenal manusia.
Selain
dua tokoh tersebut, masih terdapat tokoh-tokoh filsuf lain yang mencari asas
pertama alam semesta, diantaranya adalah Naximenes, Phytagoras, Xenophanes,
Herakleitos, Parmenides, Zeno,
Empedokles, dan Anaxagoras.
2.
FILSAFAT
SOKRATES, PLATO, DAN ARISTOTELES
A.
Kaum
Sofis dan Sokrates
Sofisme
sebenarnya bukan suatu mashab, melainkan suatu aliran, suatu gerakan dalam
bidang intelek. Sebutan sofis mengalami perkembangan sendiri. Sebelum abad ke 5
istilah itu berarti sarjana, cendekiawan. Pada abad ke 4 para sarjana atau cendekiawan
bukan lagi disebut sofis, tetapi filosofos, filsuf, sedang sebutan sofis
dikenakan kepada para guru yang berkeliling dari kotqa ke kota untuk mengajar.
Seperti
halnya dengan para kaum sofis, sokrates juga memberi pelajaran kepada rakyat. Perbedaannya
adalah bahwa kaum sokrates tidak memungut biaya pengajarannya. Sokrates tidak
meninggalkan tulisan apa-apa. Pengetahuan kita tentang dirinya kita terima dari
para muridnya. Padahal muridnya muid sokrates ada banyak sekali, yang
tulisannya juga bermacam-macam tentang dia.
Cara
sokrates memberikan ajarannya adalah demikian : ia mendatangi macam-macam orang
(ahli politik, pejabat, tukang, dan lain-lain). Kepada mereka dikemukakan
pertanyaan-pertanyaan yang mengenai pekerjaan mereka, hidup mereka sehari-hari
dan lain-lainnya. Jawaban mereka pertama-tama dianalisa dan disimpulkan dalam
suatu hipotese. Hipotese ini dikemukakan lagi kepada mereka dan dianalisa lagi.
Demikian seterusnya hingga ia mencapai tujuannya, yaitu membuka kedok segala
peraturan atau hukum-hukum yang semu, sehingga tampak sifatnya yang semu, dan
mengajak orang melacak atau menelusur sumber-sumber hukum yang sejati.
Cara
pengajaran Sokrates umumnya disebut dialektika, karena di dalam
pengajaran itu dialog memegang peranan penting. Sebutan yang lain ialah maieutika,
seni kebidanan, karena dengan cara ini Sokrates bertindak seperti seorang bidan
yang menolong kelahiran bayi “pengertian yang benar”.
Dengan
cara bekerja yang demikian itu Sokrates menemukan suatu cara berpikir yang
disebut induksi, yaitu menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum
dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal yang khusus.
B.
Plato
(427-347)
Plato
adalah filsuf Yunani pertama yang kita ketahui lebih banyak, berdasarkan
karya-karyanya yang utuh. Ia dilahirkan dari keluarga yang terkemuka, dari
kalangan politisi. Semula ia ingin bekerja sebagai seorang politikus, akan tetapi
kematian Sokarates memadamkan ambisinya untuk menjadi seorang politikus. Selama
8 tahun ia menjadi murid Sokrates. Banyak ia bepergian sampai di Italia dan
Sisilia. Setelah kembali dari pengembaraannya, ia mendirikan sekolah “Akademi”
(dekat kuil pahlawan Akademos). Maksud Plato dengan mendirikan sekolah itu
ialah untuk memberikan pendidikan yang intensif
dalam ilmu pengetahuan dan filsafat. Ia memegang pimpinan akademi itu
selama 40 tahun.
Perbedaan
antara Sokrates dan Plato adalah demikian : Sokrates mengusahakan adanya
definisi tentang hal yang bersifat umum guna menentukan hakekat atau esensi segala
sesuatu, karena ia tidak puas dengan hanya menegtahui tindakan-tindakan atau
perbuatan-perbuatan satu persatu. Plato meneruskan usaha itu secara lebih maju
lagi dengan mengemukakan bahawa hakekat atau esensi segala sesuatu bukan hanya
sebutan saja, tetapi memiliki kenyataan, yang lepas daripada sesuatu yang
berada secara kongkrit, yang ia sebut idea. Idea-idea itu nyata ada, di dalam
dunia idea.
Jadi
ada dua macam dunia, yaitu dunia ini, yang serba berubah dan serba jamak, di
mana tiada hal yang sempurna, dunia yang diamati dengan indera, yang bersifat
inderawi, dan dunia idea, di mana tiada perubahan, tiada kejamakan (dalam arti
ini, bahwa yang baik hanya satu, yang adil hanya satu dan yang indah hanya satu
saja), yang bersifat kekal.
C.
Aristoteles
(384-322 SM)
Aristoteles
dilahirkan di Stageira, Yunani Utara, anak seorang dokter pribadi Raja
Makedonia. Pada waktu ia berumur kira-kira 18 tahun, ia dikirim ke Athena untuk
belajar pada Plato. Selama 20 tahun ia menjadi murid Plato. Setelah Plato
meninggal dunia, Aristoteles mendirikan sekolah di Assos (Asia Kecil). Pada
tahun 342 SM ia kembali ke Makedonia untuk menjadi pendidik Panfgeran Alexander
yang Agung. Setelah Alexander menjadi raja, Aristoteles kembali ke Athena dan
mendirikan sekolah di sini. Pada tahun 323 SM Alexander wafat dan timbulah
huru-hara di Athena menentang Makedonia. Karena Aristoteles dituduh sebagai
mendurhaka, maka ia lari ke Khalkes, tempat ia meninggal dunia pada tahun
berikutnya.
Hasil
karyanya banyak sekali. Akan tetapi sulit menyusun karyanya itu secara
sistematis. Berbeda-beda cara orang membagi-bagikannya. Ada yang membaginya
atas 8 bagian, yang mengenai : logika, filsafat alam, psikologi, biologi,
metafisika, etika, politik dan ekonomi, dan akhirnya retorika dan poetika. Ada
juga orang yang menguraikan perkembangan pemikiran Aristoteles sebagai meliputi
3 tahap, yaitu :
a.
Tahap
di akademi, ketika ia masih setia kepada gurunya, Plato, termasuk ajaran Plato
tentang idea;
b.
Tahap
ia di Assos, ketika ia berbalik daripada Plato, mengkritik ajaran Plato tentang
idea-idea serta menentukan filsafatnya sendiri;
c.
Tahap
ketika ia di sekolahnya di Athena, waktu ia berbalik dari berspekulasi ke
penyelidikan empiris, mengindahkan yang kongkrit dan yang individual.
3.
FILSAFAT
HELENISME DAN ROMAWI
Setelah
Aristoteles baru kira-kira lima abad kemudian bangkitlah pemikir yang genial
seperti dia, yaitu Plotinus. Selama kira-kira lima abad itu ada juga
pemikir-pemikir yang berpengaruh, akan tetapi tidak sedalam pemikiran Plato dan
Aristoteles. Pokok-pokok besar yang menjadi bahan pemikiran telah membeku,
yaitu tentang jiwa, tubuh, pengamatan, pemikiran dan lain sebagainya. Semuanya
itu tidak lagi digali sampai sedalam-dalamnya, tetapi hanya dibicarakan dengan
cara lebih atau kurang saja.
Zaman
sesudah Aristoteles memang zaman yang berbeda sekali dengan zaman Aristoteles.
Zaman ini adalah zaman yang baru, yang dimulai dengan pemerintahan Alexander
yang Agung, zaman yang disebut zaman Helenisme.
Helenisme
(yang berasal dari kata hellenizein = berbahasa Yunani, dan juga
menjadikan Yunani) adalah roh dan kebudayaan Yunani, yang sepanjang roh dan
kebudayaan itu memberikan ciri-cirinya kepada para bangsa yang bukan Yunani
disekitar Lautan Tengah, mengadakan perubahan-perubahan di bidang
kesusasteraan, agama dan keadaan bangsa-bangsa itu.
Pada
zaman ini ada pemindahan pemikiran filsafati, yaitu dari filsafat yang teoretis
menjadi filsafat yang praktis. Filsafat makin lama makin menjadi suatu seni
hidup. Orang bijak adalah orang yang mengatur hidupnya menurut akal atau
rasionya. Ada banyak aliran, yang semuanya berusaha menentukan cita-cita hidup
manusia. Ada aliran-aliran yang bersifat etis, yang menekankan kepada
persoalan-persoalan tentang kebijaksanaan hidup yang praktis, dan ada
aliran-aliran yang diwarnai oleh agama. Yang termasuk aliran-aliran yang
bersifat etis di antaranya adalah aliran Epikuros dan Stoa, sedang yang
termasuk aliran yag diwarnai agama, di antaranya adalah filsafat Neopythagoris,
filsafat Platonis Tengah, filsafat Yahudi dan Neoplatonisme.
4.
FILSAFAT
PATRISTIK
Timbulnya
agama Kristen pada awal abad Masehi menyebabkan fisafat di Barat menduduki
tempat yang baru. Di samping hikmat hidup yang dikemukakan oleh filsafat
timbulah hikmat hidup yang dikemukakan oleh agama Kristen. Keduanya bukan hidup
berdampingan secara damai, melainkan berkonfrontasi.
Zaman
ini disebut zaman Patristik (dari kata Latin pater = bapa; yang
dimaksud ialah para bapa gereja). Zaman ini meliputi zaman diantara para Rasul
(abad pertama) hingga kira-kira awal abad ke 8. Para pemikir Kristen pada zaman
Patristik mengambil sikap yang bermacam-macam, yaitu ada yang menolak dan ada
yang menerima filsafat Yunani tersebut.
A.
Patristik
Timur
Pemikiran
filsafati Kristen dimulai dengan orang-orang yang disebut para apologit, para
pembela agama Kristen, yang mencoba membela iman Kristen terhadap filsafat
Yunani, dengan memakai alasan-alasan yang diambil dari filsafat Yunani sendiri.
Di sini ajaran para apologit hanya dibicarakan sebagai kesatuan.
B.
Patristik
Barat
Sama
halnya dengan zaman Patristik Timur, sejak semula ada dua macam sikap terhadap
filsafat, yaitu aliran yang menolak filsafat dan yang menerimanya. Diantara
tokoh-tokohnya adalah Tertullianus, Aurelius Augustinus, dan Dionisios Dari
Areopagos.
FILSAFAT
ABAD PERTENGAHAN
Pada
awal abad ke 6, filsafat berhenti untuk waktu yang lama. Segala perkembangan
ilmu pada waktu itu terhambat. Pada waktu itu ada perpindahan bangsa-bangsa,
yang mengakibatkan adanya serangan-serangan bangsa-bangsa yang masih belum
beradab terhadap kerajaan Romawi, sehingga kerajaan itu runtuh.
Filsafat pada abad pertengahan
adalah suatu arah pemikiran yang berbeda sekali dengan arah pemikiran dunia
kuna. Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru sekali di
tengah-tengah suatu rumpun bangsa yang baru, yaitu bangsa Eropa Barat. Filsafat
yang baru ini disebut Skolastik.
Sebutan Skolastik mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan abad
pertengahan diusahakan oleh sekolah-sekolah, dan bahwa ilmu itu terikat pada
tuntutan pengajaran di sekolah-sekolah itu. Semula Skolastik timbul di
biara-biara tertua di Gallia Selatan, tempat pengungsian ketika ada perpindahan
bangsa-bangsa. Sebab di situlah tersimpan hasil-hasil karya para tokoh kuna dan
para penulis Kristiani. Dari biara-biara di Gallia Selatan itu pengaruh
Skolastik keluar sampai di Irlandia, Nederland dan Jerman. Kemudian Skolastik
timbul di sekolah-sekolah kapittel, yaitu sekolah-sekolah yang dikaitkan dengan
gereja.
Sifat filsafat Skolastik adalah pengetahuan yang digali dari
buku-buku diberi tekanan berat. Jagat raya memang dipelajari, akan tetapi bukan
dengan menelitinya, melainkan dengan menanyakan kepada pendapat para filsuf
Yunani tentang jagat raya itu. Di samping itu oang meminta pendapat tokoh-tokoh
yang berwibawa mengenai hal itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar