Selasa, 06 Juni 2017

FILSAFAT KUNO




SARI SEJARAH FILSAFAT BARAT 1
Penulis : DR. Harun Hadiwijono

FILSAFAT KUNA
1.      FILSAFAT PRA-SOKRATES
Mempelajari filsafat Yunani berarti menyaksikan kelahiran filsafat. Seperti yang telah dikemukakan di dalam pendahuluan, filsafat dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng-dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama, yang memberitahukan tentang asal mula segala sesuatu, baik dunia maupun manusia. Akal manusia tidak puas dengan keterangan dongeng-dongeng atau mite-mite itu, karena tidak dapat dibuktikan oleh akal. Kebenarannya hanya dapat diterima oleh iman atau kepercayaan.
Awal pergumulan akal dengan mite-mite itu terjadi pada kira-kira abad ke-6 SM. Pergumulan itu umpamanya demikian : menurut mite pelangi atau bianglala adalah seorang dewa atau dewi (menurut orang jawa : tangga tempat para bidadari turun dari sorga). Akan tetapi Kenophanes mengemukakan pendapatnya, bahwa pelangi adalah awan, sedang Anaxagoras berpendapat, bahwa pelangi adalah pemantulan matahari pada awan. Jelaslah bahwa pendapat kedua orang ini bukan karena mite, melainkan karena penggunaan akal, yang mendekati gejala pelangi dengan pikirannya. Pendekatan yang rasional demikian itu menghasilkan suatu pendapat yang dapat dikontrol, dapat diteliti akal dan dapat diperdebatkan kebenarannya. Cara berpikir yang demikian inilah cara berfilsafat.
Demikianlah yang diperhatikan oleh para ahli pikir yang pertama di Miletos itu adalah alam, bukan manusia. Hanya saja harus diingat, bahwa yang dimaksud dengan alam (fusis) adalah seluruh kenyataan hidup dan kenyataan badaniyah. Jadi, perhatian mereka dicurahkan kepada apa yang dapat diamati.
Orang pertama yang melakukan penyelidikan yang demikian adalah Thales (625-545 SM). Ia termasuk orang yang disebut “tujuh orang bijak” pada waktu itu. Ketujuh orang bijak itu adalah : Thales dari Milethos, Bias dari Priene, Pittakos dari Mytilene, Soloon dari Athena, Kleoboulos dari Lindos, Khiloon dari Sparta, dan Periandros dari Korintos).
Tidak banyak yang kita ketahui tentang dia. Hanya dapat dikatakan bahwa dialah agaknya orang yang meramalkan akan adanya gerhana matahari yang memang terjadi pada tahun 585 SM. Agaknya ia juga aktif di dalam politik dan menjadi penasehat raja.
Menurut dia, asas pertama  yang menjadi asal mula segala sesuatu adalah air. Barangkali penemuannya didasarkan atas kenyataan, bahwa air dapat diamati dalam bentuknya yang bermacam-macam. Di pantai Miletos air tampak sebagai lautan yang luas, sehingga mudah orang berpikir bahwa bumi tentu keluar dari air itu dan selanjutnya terapung-apung di atasnya. Olehnya, pertama kali dicoba menghadapi masalah alam semesta semata-mata dengan akalnya.
Tokoh kedua yang mencari asas pertama alam semesta adalah Anaximandros (610-540 SM). Menurut dia, tidak mungkin bahwa asas pertama segala sesuatu itu adalah salah satu dari anasir-anasir yang menyusun alam (air). Sebab seandainya benar bahwa air adalah asas pertama segala sesuatu, air harus didapatkan juga di mana-mana, harus meresapi segala sesuatu, juga api, juga hal yang kering, dan lain sebagainya. padahal air adalah hal yang terbatas, begitu pula api. Menurut Anaximandros, asas pertama itu adalah to apeiron (yang tak terbatas). Asas pertama ini disebut demikian karena tidak memiliki sifat-sifat benda yang dikenal manusia.
Selain dua tokoh tersebut, masih terdapat tokoh-tokoh filsuf lain yang mencari asas pertama alam semesta, diantaranya adalah Naximenes, Phytagoras, Xenophanes, Herakleitos, Parmenides, Zeno,  Empedokles, dan Anaxagoras.

2.      FILSAFAT SOKRATES, PLATO, DAN ARISTOTELES
A.    Kaum Sofis dan Sokrates
Sofisme sebenarnya bukan suatu mashab, melainkan suatu aliran, suatu gerakan dalam bidang intelek. Sebutan sofis mengalami perkembangan sendiri. Sebelum abad ke 5 istilah itu berarti sarjana, cendekiawan. Pada abad ke 4 para sarjana atau cendekiawan bukan lagi disebut sofis, tetapi filosofos, filsuf, sedang sebutan sofis dikenakan kepada para guru yang berkeliling dari kotqa ke kota untuk mengajar.
Seperti halnya dengan para kaum sofis, sokrates juga memberi pelajaran kepada rakyat. Perbedaannya adalah bahwa kaum sokrates tidak memungut biaya pengajarannya. Sokrates tidak meninggalkan tulisan apa-apa. Pengetahuan kita tentang dirinya kita terima dari para muridnya. Padahal muridnya muid sokrates ada banyak sekali, yang tulisannya juga bermacam-macam tentang dia.
Cara sokrates memberikan ajarannya adalah demikian : ia mendatangi macam-macam orang (ahli politik, pejabat, tukang, dan lain-lain). Kepada mereka dikemukakan pertanyaan-pertanyaan yang mengenai pekerjaan mereka, hidup mereka sehari-hari dan lain-lainnya. Jawaban mereka pertama-tama dianalisa dan disimpulkan dalam suatu hipotese. Hipotese ini dikemukakan lagi kepada mereka dan dianalisa lagi. Demikian seterusnya hingga ia mencapai tujuannya, yaitu membuka kedok segala peraturan atau hukum-hukum yang semu, sehingga tampak sifatnya yang semu, dan mengajak orang melacak atau menelusur sumber-sumber hukum yang sejati.
Cara pengajaran Sokrates umumnya disebut dialektika, karena di dalam pengajaran itu dialog memegang peranan penting. Sebutan yang lain ialah maieutika, seni kebidanan, karena dengan cara ini Sokrates bertindak seperti seorang bidan yang menolong kelahiran bayi “pengertian yang benar”.
Dengan cara bekerja yang demikian itu Sokrates menemukan suatu cara berpikir yang disebut induksi, yaitu menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal yang khusus.

B.     Plato (427-347)
Plato adalah filsuf Yunani pertama yang kita ketahui lebih banyak, berdasarkan karya-karyanya yang utuh. Ia dilahirkan dari keluarga yang terkemuka, dari kalangan politisi. Semula ia ingin bekerja sebagai seorang politikus, akan tetapi kematian Sokarates memadamkan ambisinya untuk menjadi seorang politikus. Selama 8 tahun ia menjadi murid Sokrates. Banyak ia bepergian sampai di Italia dan Sisilia. Setelah kembali dari pengembaraannya, ia mendirikan sekolah “Akademi” (dekat kuil pahlawan Akademos). Maksud Plato dengan mendirikan sekolah itu ialah untuk memberikan pendidikan yang intensif  dalam ilmu pengetahuan dan filsafat. Ia memegang pimpinan akademi itu selama 40 tahun.
Perbedaan antara Sokrates dan Plato adalah demikian : Sokrates mengusahakan adanya definisi tentang hal yang bersifat umum guna menentukan hakekat atau esensi segala sesuatu, karena ia tidak puas dengan hanya menegtahui tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan satu persatu. Plato meneruskan usaha itu secara lebih maju lagi dengan mengemukakan bahawa hakekat atau esensi segala sesuatu bukan hanya sebutan saja, tetapi memiliki kenyataan, yang lepas daripada sesuatu yang berada secara kongkrit, yang ia sebut idea. Idea-idea itu nyata ada, di dalam dunia idea.
Jadi ada dua macam dunia, yaitu dunia ini, yang serba berubah dan serba jamak, di mana tiada hal yang sempurna, dunia yang diamati dengan indera, yang bersifat inderawi, dan dunia idea, di mana tiada perubahan, tiada kejamakan (dalam arti ini, bahwa yang baik hanya satu, yang adil hanya satu dan yang indah hanya satu saja), yang bersifat kekal.

C.     Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles dilahirkan di Stageira, Yunani Utara, anak seorang dokter pribadi Raja Makedonia. Pada waktu ia berumur kira-kira 18 tahun, ia dikirim ke Athena untuk belajar pada Plato. Selama 20 tahun ia menjadi murid Plato. Setelah Plato meninggal dunia, Aristoteles mendirikan sekolah di Assos (Asia Kecil). Pada tahun 342 SM ia kembali ke Makedonia untuk menjadi pendidik Panfgeran Alexander yang Agung. Setelah Alexander menjadi raja, Aristoteles kembali ke Athena dan mendirikan sekolah di sini. Pada tahun 323 SM Alexander wafat dan timbulah huru-hara di Athena menentang Makedonia. Karena Aristoteles dituduh sebagai mendurhaka, maka ia lari ke Khalkes, tempat ia meninggal dunia pada tahun berikutnya.
Hasil karyanya banyak sekali. Akan tetapi sulit menyusun karyanya itu secara sistematis. Berbeda-beda cara orang membagi-bagikannya. Ada yang membaginya atas 8 bagian, yang mengenai : logika, filsafat alam, psikologi, biologi, metafisika, etika, politik dan ekonomi, dan akhirnya retorika dan poetika. Ada juga orang yang menguraikan perkembangan pemikiran Aristoteles sebagai meliputi 3 tahap, yaitu :
a.       Tahap di akademi, ketika ia masih setia kepada gurunya, Plato, termasuk ajaran Plato tentang idea;
b.      Tahap ia di Assos, ketika ia berbalik daripada Plato, mengkritik ajaran Plato tentang idea-idea serta menentukan filsafatnya sendiri;
c.       Tahap ketika ia di sekolahnya di Athena, waktu ia berbalik dari berspekulasi ke penyelidikan empiris, mengindahkan yang kongkrit dan yang individual.

3.      FILSAFAT HELENISME DAN ROMAWI
Setelah Aristoteles baru kira-kira lima abad kemudian bangkitlah pemikir yang genial seperti dia, yaitu Plotinus. Selama kira-kira lima abad itu ada juga pemikir-pemikir yang berpengaruh, akan tetapi tidak sedalam pemikiran Plato dan Aristoteles. Pokok-pokok besar yang menjadi bahan pemikiran telah membeku, yaitu tentang jiwa, tubuh, pengamatan, pemikiran dan lain sebagainya. Semuanya itu tidak lagi digali sampai sedalam-dalamnya, tetapi hanya dibicarakan dengan cara lebih atau kurang saja.
Zaman sesudah Aristoteles memang zaman yang berbeda sekali dengan zaman Aristoteles. Zaman ini adalah zaman yang baru, yang dimulai dengan pemerintahan Alexander yang Agung, zaman yang disebut zaman Helenisme.
Helenisme (yang berasal dari kata hellenizein = berbahasa Yunani, dan juga menjadikan Yunani) adalah roh dan kebudayaan Yunani, yang sepanjang roh dan kebudayaan itu memberikan ciri-cirinya kepada para bangsa yang bukan Yunani disekitar Lautan Tengah, mengadakan perubahan-perubahan di bidang kesusasteraan, agama dan keadaan bangsa-bangsa itu.
Pada zaman ini ada pemindahan pemikiran filsafati, yaitu dari filsafat yang teoretis menjadi filsafat yang praktis. Filsafat makin lama makin menjadi suatu seni hidup. Orang bijak adalah orang yang mengatur hidupnya menurut akal atau rasionya. Ada banyak aliran, yang semuanya berusaha menentukan cita-cita hidup manusia. Ada aliran-aliran yang bersifat etis, yang menekankan kepada persoalan-persoalan tentang kebijaksanaan hidup yang praktis, dan ada aliran-aliran yang diwarnai oleh agama. Yang termasuk aliran-aliran yang bersifat etis di antaranya adalah aliran Epikuros dan Stoa, sedang yang termasuk aliran yag diwarnai agama, di antaranya adalah filsafat Neopythagoris, filsafat Platonis Tengah, filsafat Yahudi dan Neoplatonisme.
4.      FILSAFAT PATRISTIK
Timbulnya agama Kristen pada awal abad Masehi menyebabkan fisafat di Barat menduduki tempat yang baru. Di samping hikmat hidup yang dikemukakan oleh filsafat timbulah hikmat hidup yang dikemukakan oleh agama Kristen. Keduanya bukan hidup berdampingan secara damai, melainkan berkonfrontasi.
Zaman ini disebut zaman Patristik (dari kata Latin pater = bapa; yang dimaksud ialah para bapa gereja). Zaman ini meliputi zaman diantara para Rasul (abad pertama) hingga kira-kira awal abad ke 8. Para pemikir Kristen pada zaman Patristik mengambil sikap yang bermacam-macam, yaitu ada yang menolak dan ada yang menerima filsafat Yunani tersebut.

A.    Patristik Timur
Pemikiran filsafati Kristen dimulai dengan orang-orang yang disebut para apologit, para pembela agama Kristen, yang mencoba membela iman Kristen terhadap filsafat Yunani, dengan memakai alasan-alasan yang diambil dari filsafat Yunani sendiri. Di sini ajaran para apologit hanya dibicarakan sebagai kesatuan.

B.     Patristik Barat
Sama halnya dengan zaman Patristik Timur, sejak semula ada dua macam sikap terhadap filsafat, yaitu aliran yang menolak filsafat dan yang menerimanya. Diantara tokoh-tokohnya adalah Tertullianus, Aurelius Augustinus, dan Dionisios Dari Areopagos.
FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN
            Pada awal abad ke 6, filsafat berhenti untuk waktu yang lama. Segala perkembangan ilmu pada waktu itu terhambat. Pada waktu itu ada perpindahan bangsa-bangsa, yang mengakibatkan adanya serangan-serangan bangsa-bangsa yang masih belum beradab terhadap kerajaan Romawi, sehingga kerajaan itu runtuh.
            Filsafat pada abad pertengahan adalah suatu arah pemikiran yang berbeda sekali dengan arah pemikiran dunia kuna. Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru sekali di tengah-tengah suatu rumpun bangsa yang baru, yaitu bangsa Eropa Barat. Filsafat yang baru ini disebut Skolastik.
Sebutan Skolastik mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan abad pertengahan diusahakan oleh sekolah-sekolah, dan bahwa ilmu itu terikat pada tuntutan pengajaran di sekolah-sekolah itu. Semula Skolastik timbul di biara-biara tertua di Gallia Selatan, tempat pengungsian ketika ada perpindahan bangsa-bangsa. Sebab di situlah tersimpan hasil-hasil karya para tokoh kuna dan para penulis Kristiani. Dari biara-biara di Gallia Selatan itu pengaruh Skolastik keluar sampai di Irlandia, Nederland dan Jerman. Kemudian Skolastik timbul di sekolah-sekolah kapittel, yaitu sekolah-sekolah yang dikaitkan dengan gereja.
Sifat filsafat Skolastik adalah pengetahuan yang digali dari buku-buku diberi tekanan berat. Jagat raya memang dipelajari, akan tetapi bukan dengan menelitinya, melainkan dengan menanyakan kepada pendapat para filsuf Yunani tentang jagat raya itu. Di samping itu oang meminta pendapat tokoh-tokoh yang berwibawa mengenai hal itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FILSAFAT SAINS DAN ISLAM

SAINS DAN ISLAM A.     PENGERTIAN SAINS DAN ISLAM Sains atau mu’alam (bahasa Inggris : natural science ) adalah istilah yang di...