MASUKNYA ISLAM DI JAWA
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu : Prof. DR. Sri Suhandjati
Disusun Oleh :
Sani Atuzzulfa (1604026016)
FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam di Indonesia hadir dalam wajah
tunggal, namun memiliki corak dan karakteristik yang sangat beragam.
Keberagaman tersebut disebabkan oleh sejarah dan konteks yag berbeda, sehingga
melahirkan perilaku yang beragam pula. Ada Islam NU, Muhammadiyah, Wahabi,
Kejawen, Liberal, dan lain-lain. Keberagaman Islam yang demikianlah yang
membuat Indonesia semakin kaya akan citra beragama rakyat Nusantara.
Salah satu Islam yang meramaikan
dunia agama Nusantara adalah Islam Jawa. Jawa merupakan salah satu daerah yang
memiliki kebudayaan yang cukup berpengaruh di Indonesia. Sebelum agama Islam
masuk, masyarakat Jawa mayoritas menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme.
Kepercayaan tersebut kemudian mempengaruhi kebudayaan Jawa yang berakulturasi
dengan budaya Hindu dan Budha yang datang dari India. Islam sendiri masuk ke
tanah Jawa dibawa oleh para pedagang Gujarat dan Persia. Selain itu, adapula
yang berpendapat bahwa Islam masuk ke tanah Jawa dengan dibawa langsung oleh
orang Arab.
Kedatangan Islam di tanah Jawa dibuktikan
dengan ditemukannya prasasti berupa batu nisan kubur bernama Fatimah binti Maimun
dan makam dari salah satu sunan yaitu Maulana Malik Ibrahim. Perkembangan
sejarah Islam di tanah Jawa sendiri melalui beberapa jalur, diantaranya yaitu
perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian, dan politik.
Sampai sekarang, Islamisasi di Jawa
masih mengalami perdebatan historiografi. Sementara tanggapan terhadap wacana
sejarah Islamisasi di Jawa telah meluas di kalangan publik. Oleh karena itu,
dalam makalah ini akan diuraikan tentang bagaimana sejarah serta teori-teori
masuknya Islam di tanah Jawa.
A.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
sejarah masuknya Islam di Jawa?
2.
Apa
teori-teori masuknya Islam di Jawa?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Masuknya Islam di Jawa
Terkait dengan
sejarah masuknya Islam di tanah Jawa, ada beberapa teori dan pendapat yang
menyatakan kapan dan dimana sebenarnya pengaruh kebudayaan dan agama Islam
mulai masuk ke Nusantara. Pendapat-pendapat tersebut bukan hanya didasarkan
pada bukti-bukti yang telah ditemukan, melainkan juga dikuatkan oleh adanya
catatan-catatan sejarah yang dibuat oleh bangsa lain di masa lampau.[1]
Melalui
berbagai media dan saluran, Islamisasi di tanah Jawa berjalan dengan damai dan bertahap
sampai ke pelosok-pelosok tanah Jawa. Tahapan itu meliputi :
1.
Tahap
I
Sesuai dengan keputusan seminar
tentang masuknya Islam di Indonesia, yaitu di Medan 1963 dan di Aceh 1978 dan
1980, sejak abad ke 7 dan 8 M, Islam sudah masuk ke Indonesia secara
berangsur-angsur. Dimungkinkan pada abad tersebut, sudah ada pedagang Arab yang
sampai ke tanah Jawa dan memperkenalkan agama Islam. Karena penyebaran hanya
melalui interaksi dalam kegiatan dagang antara pedagang dan pembeli, maka tidak
banyak diketahui orang. Dari masa dakwah tahap I ini, diketahui ada pemeluk
Islam yang meninggal dan ditemukan batu nisannya bertuliskan Arab, yang
memperkuat fakta bahwa yang dimakamkan adalah pemeluk Islam bernama Fatimah
binti Maimun di Gresik Jawa Timur yang meninggal 475 H/1082 M.
2.
Tahap
II
Penyebaran Islam pada tahap kedua
dimulai sekitar abad ke 12 M. Sebagaimana disebut dalam tulisan Azyumardi Azra
bahwa pada akhir abad ke 12 M, mubaligh yang datang ke Indonesia adalah
pengembara/guru Sufi dalam jumlah yang cukup banyak. Mereka mempunyai cara
dakwah yang sesuai dengan alam Jawa seperti mistik, teosofi yang sinkretik,
menguasai ilmu magis dan menggunakan unsur-unsur kebudayaan yang telah tumbuh
di masyarakat Nusantara sebelum Islam, sehingga banyak orang Jawa yang tertarik
masuk Islam.
3.
Tahap
III
Sebagian penulis sejarah
mengemukakan bahwa Islam masuk ke Jawa sekitar tahun 1416 M, dan muballigh
pertamanya adalah Maulana Malik Ibrahim. Namun, beberapa bukti sejarah seperti
makam pemeluk Islam yang ditemukan di Troloyo dan Trowulan sebelum tahun 1416
M, menandakan bahwa Islam sudah masuk ke Jawa sebelum abad 14 M. Hal ini
dikuatkan dengan berita dari Ma Huan, seorang Tionghoa muslim, bahwa pada tahun
1413 M, ketika ia datang ke Jawa Timur, peduduk Majapahit yang berjumlah
sekitar 300.000 keluarga terdiri dari tiga kriteria. Pertama,
orang-orang Islam yang sudah memperhatikan kebersihan dalam berpakaian maupun
tempat tinggalnya dan hidupnya sudah teratur. Kedua, orang-orang
Tionghoa yang sebagian Muslim dan pola hidupnya serupa dengan yang sudah
Muslim. Ketiga, penduduk yang masih menyembah berhala, mereka belum
mengenal hidup yang teratur, belum bersepatu dan tinggal bersama anjing
piaraannya.[2]
B.
Teori-Teori Masuknya Islam di Jawa
Proses Islamisasi di wilayah
Nusantara dalam kajian para sejarawan, menurut Azyumardi Azra (1994), dapat
dikategorikan dalam empat grand theory (teori besar) untuk mengungkapkan
kapan dan dimana agama Islam datang. Teori-teori tersebut yaitu :
1.
Teori
Gujarat
Teori ini dikemukakan oleh G.W.J Drewes dan dikembangkan oleh
Snouck Hurgronje. Dalam teori ini dinyatakan bahwa masuk dan berkembangnya
agama Islam di Indonesia berasal dari anak benua India. Pendapat tersebut
didasarkan pada kesamaan orang-orang Arab yang menetap di Gujarat dan Malabar
yang bermadzhab Syafi’i dengan orang-orang Gujarat dan Malabar yang menetap di
Indonesia, demikian alasan yang dikemukakan oleh Drewes. Sedangkan alasan yang
dikemukakan oleh Snouck Hurgronje adalah bahwa ketika komunitas Muslim di anak
benua India telah kuat dan mengakar, maka mereka mulai melebarkan sayap ke
negara-negara sekitarnya, termasuk Indonesia. Proses penyebaran Islam yang
menghubungkan antara wilayah Timur Tengah dengan wilayah Asia Tenggara tersebut
melalui jalur perdagangan dan dilakukan oleh para Dzuriyah Rasul
(keturunan Nabi).
2.
Teori
Bengal
Pendapat kedua ini didasarkan bahwa adanya batu nisan Fatimah binti
Maimun yang ditemukan di Leran Gresik Jawa Timur bertahun 475 H/1082 M,
memiliki kesamaan dengan batu nisan yang ada di wilayah Bengal. Teori kedua ini
oleh Azyumardi Azra dianggap lemah, karena umat Islam yang ada di Bengal
mayoritas menganut madzhab Hanafi, sedangkan Islam di Nusantara mayoritas
bermadzhab Syafi’i.
3.
Teori
Malabar
Teori ini didasarkan pada pendapat W. Arnold dan Morisson,
menyatakan bahwa Islam yang datang ke Indonesia berasal dari Colomander dan
Malabar, dengan alasan bahwa wilayah-wilayah tersebut memiliki kesamaan madzhab
dengan agama Islam yang dianut oleh masyarakat Nusantara. Menurut Morisson,
Islam tidak mungkin datang dari Gujarat, karena secara politis pada waktu itu
belum memungkinkan Gujarat menjadi sumber penyebaran dan pusat perdagangan yang
menghubungkan antara wilayah Nusantara dengan wilayah Timur Tengah.
4.
Teori
Arab
Artinya,
Islam datang memang berasal dari sumber aslinya, yaitu Arab. Teori ini banyak
dianut oleh para sejarawan yang intens dengan kajian Islam di Asia Tenggara,
diantaranya adalah Crawfurd (1820), Keyzer (1859), Niemann (1861), De Hollander
(1861), dan Veth (1878). Teori ini juga didukung oleh sejarawan Asia Tenggara
asal Malaysia, yaitu Naquib Al Attas dan juga sejarawan Indonesia Uka
Tjandrasasmita dan S.Q. Fatimi.
Meskipun dapat
kita pilah-pilah dalam empat teori besar tersebut, namun secara umum para
sejarawan mengakui bahwa sejarah masuknya Islam di Nusantara masih belum jelas.
Rumusan tentang kapan dan dimana masuknya Islam ke Nusantara tidak dapat
dipastikan, penyebaran keilmuan Islam sulit diungkapkan karena minimnya
informasi yang dapat dipercaya. Rumusan yang pasti tentang kapan, dari mana,
oleh siapa, dan bagaimana masuknya Islam ke Indonesia belum ada kesepakatan.[3]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masuknya Islam di Indonesia berlangsung melalui beberapa tahap. Tahap
I terjadi sejak abad 7 dan 8 M. Pada abad tersebut dimungkinkan sudah ada
pedagang Arab yang sampai ke tanah Jawa dan memperkenalkan agama Islam. Tahap
II dimulai sekitar abad ke 12 M. Menurut tulisan Azyumardi Azra, pada abad
tersebut mubaligh yang datang ke Indonesia merupakan para
pengembara/guru Sufi dalam jumlah yang cukup banyak. Mereka berdakwah sesuai
dengan alam Jawa, sehingga banyak orang Jawa yang tertarik untuk masuk Islam. Tahap
III terjadi sekitar tahun 1416 M dengan mubaligh pertama yaitu Maulana
malik Ibrahim yang melakukan dakwah secara terbuka.
Selain itu, proses islamisasi di wilayah Nusantara dikategorikan
dalam empat teori besar untuk mengungkapkan tentang kapan dan dimana agama
Islam datang. Pertama, yaitu teori Gujarat yang menyatakan bahwa Islam
masuk dan berkembang di Indonesia berasal dari anak benua India. Kedua,
yaitu teori Bengal yang menyatakan bahwa Islam datang dari Bengal. Ketiga,
yaitu teori Malabar, menyatakan bahwa Islam datang ke Indoneia berasal dari
Colomander dan Malabar. Keempat, yaitu teori Arab, merupakan teori yang
banyak dianut oleh para sejarawan yang menyatakan bahwa Islam berasal dari
sumber aslinya, yaitu Arab.
Meskipun demikian, secara umum para sejarawan mengakui bahwa
sejarah masuknya Islam di Indonesia masih belum jelas. Rumusan tentang waktu
dan tempat asal masuknya Islam di Indonesia belum dapat dipastikan dan
penyebaran ajaran Islam sulit diungkapkan karena minimnya informasi yang dapat
dipercaya.
Wallahu A’lamu bi al showaab.
DAFTAR PUSTAKA
Khalim,
Samidi. 2008. Islam dan Spiritualitas Jawa. Semarang: Rasail Media
Group.
Suhandjati,
Sri. 2015. Islam dan Kebudayaan Jawa Revitalisasi kearifan Lokal.
Semarang: CV. Karya Abadi Jaya.
Anonim.
2015. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia, diakses dari http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia.html, 31
Maret 2017.
[1]
Sejarah
Masuknya Islam di Indonesia, diakses dari http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia.html diakses pada
tanggal 31 Maret 2017 pukul 07.12
[2]
Sri Suhandjati, Islam dan Kebudayaan Jawa Revitalisasi Kearifan Lokal,
(Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015), hlm. 65-71.
[3]
Samidi Khalim, Islam dan Spiritualitas Jawa, (Semarang: Rasail Media
Group, 2008), hlm. 1-3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar